Tags

, , , ,

Lanjutan…

 

  • Kepemimpinan yang Memiliki Makna

Sering sekali kita melihat iklan di media elektronik ataupun di media cetak, yang berisikan promosi akan seuatu yang akan dijual ke masyarakat. Jelas tujuan dari media tersebut adalah mempromosikan atau malah mempengaruhi orang yang melihat iklan tersebut untuk membeli barang yang diiklankan.

Berkaitan dengan hal tersebut, kepemimpinan itu bak fungsi iklan yang ada di media massa tersebut. Tugasnya adalah mempengaruhi orang, yang di dalam konteks kepemimpinan adalah mempengaruhi kelompok atau orang-orang yang ia pimpin. Di dalam iklan yang kita bicarakan diawal, sudah sebuah kepastian ada suatu barang yang diiklankan. Makna atau inti dari iklan tersebut adalah barang yang memiliki nilai tadi. Begitu juga dengan kepemimpinan, dalam mempengaruhi kelompok atau orng-orang yang dipimpin, haruslah ada makna didalam pengaruh yang kita sebarkan. Maka ketika kepemimpinan itu tidak bermakna maka hal tersebut ibarat sebuah iklan yang tidak memiliki barang yang akan dipromosikan, sehingga hal tersebut terkesan sia-sia.

Indonesia belakangan ini mulai menjadi negara yang dinamis di dalam pergantian kepemimpinannya. Hal ini sangat terasa ketika dimualnya abad ke 21 ini atau tahun 1999 ke atas. Jika kita hitung-hitung, selama 13 tahun pasca reformasi Indonesia telah mengalami 4 kali pergantian kepala pemerintahan. Berbeda dengan kondisi sebelum tahun 1998, pergantian kepemimpinan di Indonesia cenderung statis, atau sangat jarang berubah.Terlihat sejak tahun 1945 hingga tahun 1998 atau bisa dikatakan kurang lebih 53 tahun, Indonesia hanya mengalami pergantian dua orang kepala negara.

Tiap kepemimpinan memiliki komponen  tersendiri. Kita bandingkan saja antara kepemimpinan sebelum reformasi dan kepemimpinan pasca reformasi. Setiap orang ketika ditanyakan hal pembandingan dua tipe kepemimpinan tersebut, maka yang muncul di dalam pemikirannya adalah dua hal yang berbeda pula. Hal ini terjadi dikarenakan kepemimpinan Indonesia saat itu memiliki makna tersendiri, sehingga ketika terjadi pergantian makna maka effek yang dirasakan pun akan berbeda. Terlepas effek positif atau effek negatif yang timbul, tetapi yg jelas ada sebuah makna yang nantinya memberikan sebuah effek samping di masyarakat indoensia

Maka seperti inilah seharusnya sebuah kepemimpinan. Yang penulis maksud disini adalah ketika berlangsungnya sebuah kepemimpinan, maka hendaknya kepemimpinan tersebut memiliki makna yang nantinya akan memberikan effek samping ke kelompok atau orang – orang yang dipimpnnya. Satu hal yang sangat tidak di inginkan adalah ketika pergantian kepemimpinan lalu tidak ada perubahan makna atau effek samping yang dirasakan masyarakat tidak berubah, maka hal ini lah yang penulis katakan sebuah kepemimpinan yang tidak memiliki makna atau effek.

Dari sini penulis mencoba memberika sebuah komponen kepemimpinan yang dimana kepemimpinan tersebut memiliki effek samping bagi masyarakat. Effek yang diharapkan memberikan sebuah perubahan nantinya di masyarakat. Kepemimpinan yang memiliki makna, seperti itu penulis menyebutnya.

Beberapa penggalan sejarah Muhammad saw yang diceritakan oleh al mubarafury :

“Orang yang masih memiliki perasaan tentu akan bertanya  dan orang-orang yang berakal tentu tidak habis berfikir, apa sebab dan factor yang dimiliki orang-orang muslim sampai batasan ini (Kondisi saat Muhammad menyampaikan risalahnya di mekah) serta mengapa mereka masih bisa tabah? Sebab yang paling pokok adalah keyakinan pada tuhannya. Karena keyakinan yang mantap disertai keteguhan hati bisa di sejajarkan dengan sebuah gunung yang tidak bisa diusik”

 “Tatkala beliau (Muhammad saw) memerintahkan agar sahabat ini bangkit menyembelih kurban, tak seorangpun diantara mereka (umat islam, saat itu) yang mau melaksanakan perintahnya. Tanpa banyak berbicara, beliau bertindak sendiri. Melihat Muhammad saw yang menyembelih kurban, mereka langsung bangkit dan menyembelih kurban mereka.”

Dari penggalan sejarah diatas, poin pertama dalam kepemimpinannya, Muhammad memiliki sebuah keyakinan yang sangat tinggi akan risalah atau visi yang ia bawa. Dan yang kedua adalah kekuatan Perbuatan yang beliau lakukan sehingga sebuah perbuatan mampu menyihir orang-orang disekitaryna untuk melakukan hal yang sama.

Selanjutnya ketika membaca sejarah hidup Muhammad saw secara lengkap, maka kita akan menemukan keberagaman kompetensi yang dimilikinya. Muhammad adalah seorang pedagang yang handal, Pemimpin yang adil, Komandan perang, Ahli strategi, dan banyak lagi kompetensi yang beliau miliki. Sehingga penulis menyarikan karakater yang dimiliki nya yaitu pemimpin yang berkeyakinan tinggi, Beramal nyata, berilmu yang dalam serta memilikki visi yang tinggi.

Sehingga Formulasi definisi Kepemimpinan yang Memiliki makna adalah kepemimpinan yang memiliki visi yang besar, yang dimulai dari keyakinan yang kuat, didasari pada kompetensi yang tinggi, lalu disertai dengan kontribusi yang nyata. Nantinya diharapkan dengan pola kepemimpinan seperti ini akan memberikan effek positif yang sesuai dengan visi yang di bawa oleh pemimpin yang menerapkannya.

Toto Tasmara (1994) mengatakan bahwa Keyakinan dan Kontribusi yang dibalut dengan Kompetensi akan melahirkan kekuatan yang dinamis dan kekuatan itu akan terlahir dan memilik effek positif ketika terjadi permasalahan di pribadi seseorang. Sinergisitas dari keyakinan, kontribusi dan kompetensi mampu membawa perubahan jika visi atau tujuan yang dibawa adalah tujuan mulia. Sehingga dengan pola kepemimpinan seperti yang dijabarkan sebelumnya, diharapkan dapat memberikan makna atau effek positif yang besar.

 

Bersambung…